Puisi Sedekah Karya Joko Pinurbo

Ibu tua itu tewas sehabis berjuang keras mendapatkan
sedekah dari seorang juragan yang amat pemurah.
Ia terjatuh terinjak-injak sewaktu berdesak-desakan,
sesaat setelah diterima oleh uang dua puluh ribu rupiah.

"Hanya demi uang sialan itu ia harus setor nyawa,"
cetus seorang pelayat. "Jangan-jangan itu uang haram."
Uang berkata, "Maafkan saya, Bu. Saya tidak sengaja."

Toh ibu kita yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci
pakaian itu wajahnya bersih bercahaya seperti habis dicuci
dengan sabun terbaik yang terbuat dari serbuk airmata.
Sesal dan tangis hanya menambah kecantikannya.

"Sudahlah. Dengan dua puluh ribu rupiah ibu ini bisa beli
tiket kereta api ekspres. Beliau akan mudik dengan sukses,"
ujar seorang penyair yang oleh teman-temannya dipanggil
Plato karena nun di jidatnya terdapat sebuah tato.

Kereta hampir berangkat. Uang yang naas tampak ikhlas
dan pasrah dalam genggaman tangan almarhumah.
Uang yang tak seberapa ini kemudian disimpan baik-baik
oleh cucu ibu yang gigih itu dan kelak akan ia berikan
kepada entah siapa yang pantas menerimanya.

(2003)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama