Puisi Ziarah Karya Joko Pinurbo

Masih ada sebuah rumah di sana
yang tak pernah mengharap seseorang
datang mengunjunginya.
Masih ada dinding-dinding kusam,
ruang bersih terang, jendela-jendela putih
tempat senja berpendaran
dengan rambutnya yang keemasan.
Masih ada si kecil lagi asyik menggambar
pada tembok penuh coretan.

"Semalam hujan singgah sebentar,
dan setelah meninggalkan riciknya di kulkas itu
ia pun berangkat ke sebuah kota yang jauh."

Ingin kupeluk dan kucium parasnya yang lucu,
tapi tak ingin dunia kecilnya kusintuh.
"Lihat, aku sedang melukis laut, gerimis
dan perahu oleng yang dikayuh nelayan kecil
menuju pantai yang teduh."


Masih. Masih ada seseorang sedang duduk
membungkuk di bawah redup cahaya,
khusyuk membaca berkas-berkas tua.
"Semalam si mayat datang dengan baju baru.
Ia titipkan salam manisnya untukmu."

Ingin kuterima batuknya dalam paru-paruku
tapi tak ingin kusintuh kantuknya, rindunya
sebab hatinya lebih tegar dari waktu.

"Maaf, aku sedang membaca surat-surat
yang telah lama kutulis, tapi tak pernah
kukirim karena tak kutahu alamatmu."


(1997)


Sumber: Celana (1999).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama