Puisi Sepeda Tua Karya Adimas Immanuel

Duduklah di belakang. Duduklah meski bantalannya tak empuk benar.
Duduklah sambil menikmati guguran daun, sejuk embun pagi hari,
tetangga yang masih saling menyapa, dan sejumlah wajah
yang kita lihat sepintas dan tak akan kita jumpai lagi.

Duduklah hingga bayang-bayang lebih nyata dari diri sendiri,
biarkanlah angin bermain-main di rambut dan wajah kita.

Waktu akan mengantarkan kita seperti sepeda tua ini,
ke mana saja. Selama kakiku masih kuat mengayuhnya,
selama napasku masih berumah di tubuh dan sukma.

Duduklah di belakang. Aku dan sepeda tuaku sudah berjanji
akan menjagamu, menggulirkan doa-doa seperti gerak roda.

Berpeganganlah, ketatkanlah peluk seperti cinta tanjung
kepada teluk. Sebab aku tahu hati kita lebih berkelok
dari tepian sungai, lebih berlekuk dari celah tebing batu,
lebih menikung dari jalan perbukitan, tapi tidak buntu.

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama