Puisi Setidaknya Dalam Cinta Karya Adimas Immanuel
Dan tibalah kita di bangku panjang ini. Kita saksikkan detik demi detik gusar mengantre seperti kecupan terakhir kita …
Dan tibalah kita di bangku panjang ini. Kita saksikkan detik demi detik gusar mengantre seperti kecupan terakhir kita …
Duduklah di belakang. Duduklah meski bantalannya tak empuk benar. Duduklah sambil menikmati guguran daun, sejuk embun pagi…
Nak, hati ibu tak luas, tak juga punya ornamen indah. Tetapi, Nak, di sana teduh, di sana semegah-megahnya tempat ibada…
Kepala pencibir seperti sebotol bir, dua tiga dikocok takdir yang meletup getir. Kepala pencibir kebekuan dalam syair…
Pada sebuah Minggu pagi Kalender menggulung diri Siapa mau diberkati bisa segera mulai sebelum waktu mengunci Pada s…
Dalam sakit dan sembuhku terselip bayang pucat wajah dan gemetar biru bibirmu, ia membawa kabut ingatan masuk dan luruh ke …
Menulis puisi adalah caraku bersembunyi dari ingar-bingar. Asyik dengan bising puisi adalah caraku menghargai kesepian. Men…
Debur ombak menyanyikan kita yang bergantian menanam nama di tanah yang tak kunjung membeku meski air berabad-abad mengu…
Laut tak pernah bilang ia paling setia, tapi ikan-ikan kecil, batuan karang, nelayan dan ganggang menyadarinya. Hutan t…