Puisi Orang-Orang Yang Sendiri Karya Avianti Armand
Kali ini dia mengenakan hutan dan menyematkan sungai di saku celana. Kali lain dia mengumpulkan hujan dan menyelimuti ba…
Kali ini dia mengenakan hutan dan menyematkan sungai di saku celana. Kali lain dia mengumpulkan hujan dan menyelimuti ba…
Bayang-bayang itu cuma bercerita pada kita tentang kebohongan. Di pauh yang tak terlalu jauh mereka berkumpul dan berbi…
Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata Tuhan, maka Tuhan membunuh dia. Menjelang subuh, mereka mengur…
Halo? Kamukah di sana? Aku menelponmu dari sini dan menunggu kemarin sejak nanti. Kamu bisa dengar mimpiku? Mungki…
Monster yang ini menjerang air. Monster yang itu mengasah pisau. Monster yang satu membuka anggur. Monster yang lain men…
Di kotak telepon, cahaya membiru seperti memar. Di dering ketiga, kita sama-sama tahu – huruf-huruf setebal kitab itu tak…
"Aku hampir tak mengenalMu, Tuhan. Tapi di lipatan jubahMu tersembul jari-jari sekurus ranting yang tak bisa mengiba…
Rumah kecil di padang rumput itu selalu menyediakan sebotol melankoli, cukup untuk bekal sekolah sampai tiba Minggu siang…
Warna Air Warna Angin Warna Asap Warna Batas Warna Buih Warna Bulan Warna Celah Warna Cinta Warna Daun Warna Debu …
Malam – untuk Ibu Seperti ini aku akan mengingat malam: Ayahku terbang setelah gelap dengan deru besi seperti derap …
Di kartu anggota hanya ada kolom: – judul buku – tanggal pinjam – tanggal kembali Aku harus segera menemukan buku yang…
Seperti biasa, kita terdampar lagi pada chorus terakhir sebuah karusel dan satu malam sepia; Tempat ini mungkin telah …
KataNya, "Aku mencintaimu." Aku tak percaya – karena tak juga bisa tidur setelah lelah menghitung domba yang ta…
Semua jalan akan membawamu ke sana. (19/10/2016: Jam 16.55) - Avianti Armand Sumber: Buku Museum Masa Kecil (2018).
Akhirnya museum itu dibuka kemarin. Tak banyak yang datang. Alamatnya agak susah dicari: Hujan, Gelas Susu Ke-3, satu belok…