Mereka berkata kita bebas
kata yang diulang seperti doa
di langit yang tak pernah benar-benar mendengar.
Kebenaran berkibar di setiap spanduk,
seolah keadilan tumbuh dari tanah
yang bahkan tak sanggup menumbuhkan harapan.
Kita diajak percaya bahwa cahaya itu nyata,
padahal yang menyilaukan mata
hanyalah lentera retak
yang sengaja diarahkan ke wajah kita
agar kita tidak melihat siapa yang memegangnya.
Kebebasan itu terasa manis,
manis yang ganjil,
manis yang menutupi pahit paling purba
sebuah racun yang berwujud janji.
Mereka menyuruh kita berjalan lurus,
padahal jalan itu melingkar
kembali ke tempat yang sama,
ke kandang yang dicat ulang
agar tampak seperti surga yang aman.
Dan kita, yang lama percaya,
akhirnya bertanya dalam hati:
apakah ini kemerdekaan,
atau hanya jeruji yang halus
hingga kita tak sadar sedang memeluknya?
Di dunia yang dibuat untuk menipu,
kebenaran bersembunyi terlalu dalam,
hingga yang melihatnya pun
dituduh buta.
Padahal yang paling buta
adalah mereka
yang merasa paling melihat.
Sumber: Puisi kiriman Joshua Colson melalui email 21 November 2025.
kata yang diulang seperti doa
di langit yang tak pernah benar-benar mendengar.
Kebenaran berkibar di setiap spanduk,
seolah keadilan tumbuh dari tanah
yang bahkan tak sanggup menumbuhkan harapan.
Kita diajak percaya bahwa cahaya itu nyata,
padahal yang menyilaukan mata
hanyalah lentera retak
yang sengaja diarahkan ke wajah kita
agar kita tidak melihat siapa yang memegangnya.
Kebebasan itu terasa manis,
manis yang ganjil,
manis yang menutupi pahit paling purba
sebuah racun yang berwujud janji.
Mereka menyuruh kita berjalan lurus,
padahal jalan itu melingkar
kembali ke tempat yang sama,
ke kandang yang dicat ulang
agar tampak seperti surga yang aman.
Dan kita, yang lama percaya,
akhirnya bertanya dalam hati:
apakah ini kemerdekaan,
atau hanya jeruji yang halus
hingga kita tak sadar sedang memeluknya?
Di dunia yang dibuat untuk menipu,
kebenaran bersembunyi terlalu dalam,
hingga yang melihatnya pun
dituduh buta.
Padahal yang paling buta
adalah mereka
yang merasa paling melihat.
Sumber: Puisi kiriman Joshua Colson melalui email 21 November 2025.
