Puisi Sajak Tangga Karya Taufiq Ismail

Empat puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari panas
Lima puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari sengangar
Enam puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari terbakar

Haaai!
Kemana kita pergi?

Tujuh puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari angin
Delapan puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari topan
Sembilan puluh sembilan tangga kemiskinan
Hari banjir

Haaai!
Bagaimana ini?

Kita sudah jalan kita sudah mendaki
Kita sudah membidik awan kita sudah menembak
Perkutut kita sudah menuai badai

Berpuluh-puluh tangga kemiskinan
Ada kemarau, ada sengangar dan ada nyala
Berpuluh-puluh tangga kemiskinan
Ada angin, ada topan, dan ada banjir

Kita sudah jalan kita sudah memanjat kita
Sudah melata kita sudah menangkap capung kita
Sudah menangkap kita kita sudah membidik awan kita
Sudah membidik mikroskop kita sudah menembak perkutut
Kita sudah menembak kita kita sudah menanam angin
Kita sedah menyemai api kita sudah sudah!

Waaah!

Tujuh puluh tangga kemiskinan
Hari panas dan hujan dan panas dan hujan
Delapan puluh tangga kemiskinan
Hari garang dan topan dan garang dan topan
Sembilan puluh tangga kemiskinan
Hari kemarau dan badai dan kemarau dan badai

Wah.

(1972)


Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2000).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama