Puisi Sebutir Telur di Belakang Punggungku Karya Afrizal Malna

Kau telah menjadi air ketika melihat semua kejadian yang berlangsung di belakang punggungmu. Kita menginap di sebuah hotel murah, dekat bandara. Hari ini kau berulang tahun. Aku bergegas membersihkan kamar. Kau sibuk membeli coklat, roti, jeruk dan minuman kaleng. Kau bilang kau sedang 'ngobrol dengan ayahmu tentang seorang perempuan yang matanya terbuat dari sebuah pantai. Tapi ayahmu bilang kau sedang tak di rumah.

Di kotamu aku seperti bisa melihat mataku sendiri dengan mataku. Hati-hati berjalan di situ. Ada kepiting yang sedang menggali lubang di dalam pasir. Pantai itu, seperti sepasang kelopak mata yang tak pernah terpejam. Karena orang terus berdatangan, karena pesta belum berakhir. Kepiting dalam lubang itu terus menggali, dan menemukan laut yang lain di punggungku. Menurutku bukan laut, itu sebutir telur. Sebutir telur tempat ibuku dikuburkan. Tapi kukira itu juga bukan sebutir telur, itu buah semangka yang tumbuh di lapangan bola. Aku tak pernah tahu, siapa saja yang telah membakar diriku dalam pesta itu.

Lalu aku buat sebuah bantal, sebuah bantal dari waktu-waktu yang berjatuhan untuk tidurmu. Pesta belum berakhir, hingga punggungku berwarna putih. Putih seperti musim dingin.


Sumber: "Puisi: Sebutir Telur di Belakang Punggungku (Karya Afrizal Malna)", https://www.sepenuhnya.com/2009/04/puisi-sebutir-telur-di-belakang-punggungku.html.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama