Pada suatu pagi yang basah
Di teras toko, tepat di belakang tempat sampah
Tanpa alas, ia merebah
Berbantal lengan, berselimut udara kotor dan freon
Di samping kompresor dan kondesor
Di tempat paling hangat
Di mana lalat juga hinggap
Jalanan masih kuyup air hujan
Dingin ubin tak membekukan darahnya
Barangkali, ada tidur pulasnya
Apakah tulang-tulangnya tak terasa patah?
Mungkin tidak, nyatanya kerasa hidup tak mematahkan hidupnya
Sendalnya mencelat sebelah, mungkin juga perasaannya
Dawai gitarnya yang berkarat
Barangkali sedang mengalun lembut
Menggiring nada ricik rinai dalam mimpinya
Membuat lelap, menghadirkan senyum manis dari 'tulang rusuknya'
Nyenyaklah, menarilah bunga tidur
Sebab nanti saat sadar tiba, hidup harus menyanyikan lagu berikutnya
(Rawamangun, 6 Desember 2024)
Sumber: Instagram @rilo.pambudi.
Di teras toko, tepat di belakang tempat sampah
Tanpa alas, ia merebah
Berbantal lengan, berselimut udara kotor dan freon
Di samping kompresor dan kondesor
Di tempat paling hangat
Di mana lalat juga hinggap
Jalanan masih kuyup air hujan
Dingin ubin tak membekukan darahnya
Barangkali, ada tidur pulasnya
Apakah tulang-tulangnya tak terasa patah?
Mungkin tidak, nyatanya kerasa hidup tak mematahkan hidupnya
Sendalnya mencelat sebelah, mungkin juga perasaannya
Dawai gitarnya yang berkarat
Barangkali sedang mengalun lembut
Menggiring nada ricik rinai dalam mimpinya
Membuat lelap, menghadirkan senyum manis dari 'tulang rusuknya'
Nyenyaklah, menarilah bunga tidur
Sebab nanti saat sadar tiba, hidup harus menyanyikan lagu berikutnya
(Rawamangun, 6 Desember 2024)
Sumber: Instagram @rilo.pambudi.