Dari ujung rambut burung-burung berjatuhan
Ke dalam lukisan. Tapi di teduh wajah kecantikan utuh
Begitu sempurna sapuan halus dan basah itu dilengkungkan
Pada pipi tirus dan lancip dagu. Sebuah kwas yang sayup-sayup
Mengalir lembut di lekuk telinga, terus menuruni leher jenjang
Tiang pualam yang berkilauan. Di mana butir-butir keringat
Seperti kalung cahaya yang tergantung di antara dua bukit mungil
Di mana rahasia akan tetap menjadi rahasia di kedalaman dada
Kunang-kunang hinggap di pundak dan kembali lenyap
Ke balik puisi. Di bawah pusar aliran darah seolah terhenti
Betapa dalam keindahan digali dari lenguh yang tertahan
Dari mata yang pelahan terpejam. Begitu jauh kekhusyukan
Ditempuh sembahyang demi sembahyang, semadi demi semadi
Di mana tubuh akan membukakan seluruh pintu rahasianya
Bagi penjelajah sunyi. Di mana tahun-tahun akan terasa ringkas
Seperti menit-menit yang lepas pada setiap hembusan napas.
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).
Ke dalam lukisan. Tapi di teduh wajah kecantikan utuh
Begitu sempurna sapuan halus dan basah itu dilengkungkan
Pada pipi tirus dan lancip dagu. Sebuah kwas yang sayup-sayup
Mengalir lembut di lekuk telinga, terus menuruni leher jenjang
Tiang pualam yang berkilauan. Di mana butir-butir keringat
Seperti kalung cahaya yang tergantung di antara dua bukit mungil
Di mana rahasia akan tetap menjadi rahasia di kedalaman dada
Kunang-kunang hinggap di pundak dan kembali lenyap
Ke balik puisi. Di bawah pusar aliran darah seolah terhenti
Betapa dalam keindahan digali dari lenguh yang tertahan
Dari mata yang pelahan terpejam. Begitu jauh kekhusyukan
Ditempuh sembahyang demi sembahyang, semadi demi semadi
Di mana tubuh akan membukakan seluruh pintu rahasianya
Bagi penjelajah sunyi. Di mana tahun-tahun akan terasa ringkas
Seperti menit-menit yang lepas pada setiap hembusan napas.
(2006)
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007).