Puisi Candidasa Karya Acep Zamzam Noor

Sebuah pantai yang bersih dengan retakan-retakan
Yang ditinggalkan hujan. Kami memulai ziarah
Menggambar bentuk perahu di balik kaca jendela
Kulihat sekuntum bunga di atas pasir
Jauh di tengah laut, tiga batu karang tegak
Dua bukit menjadi gerbang bagi kerajaan air
Tempat api menampakkan dirinya di antara gelombang
Dan kesenyapan kaki langit yang jauh

Kami meninggalkan hotel dan memulai ziarah
Menyusuri pantai dan retakan-retakan tanah
Bangkit dan menunjuk arah pondok-pondok garam
Menemukan patung dari susunan dayung-dayung
Gulungan layar serta sisa gambar di badan perahu
Lebih jauh lagi, sebuah gua penuh kelelawar
Yang pintunya dijaga batu-batu penuh ukiran

Kami terdampar di sini bukan untuk memusnahkan diri
Tapi keabadian dan keagungan maut selalu mengisyaratkan
Cahayanya sebagai ombak yang menjilat-jilat
Sepanjang tepi bumi. Kudengar teriakan-teriakan
Seribu kelelawar dan seribu pohon besar
Seribu gamelan yang ditabuh dan seribu penari kasmaran
Dengan pakaian warna-warni dan wewangian
Ramai-ramai membakar mayat di pantai

(1996)


Sumber: Jalan Menuju Rumahmu (2004).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama