Puisi Sandiwara Kampungku Karya A. A. Navis

(Kepada anggota DPR Sumatera Tengah)


Setelah lampu ruangan padam
layar dan tirai pun terbuka
musik pengiring nyaring bergema
gegap gempita suara seragam.

Berkat pengantar pembawa acara
penonton berkarcis jiwa raga
duduk tertib lela bersandar
menanti acara yang dijanji benar.

Lama kata pengantar selesai sudah
sambil menunggu waktu berlalu
alunan musik telah ulang berulang
sampai di luar birama.

Penonton tertanya riuh rendah
apa musik yang palsu
atau lagu yang sumbang
atau memangnya bersandiwara.

Naskah cerita sudah benar
namun pelaku lagi bertengkar
ingin pertama di depan layar
membawa peran di luar adegan
seperti pahlawan perjuangan
yang tak dan telah kesiangan.

Lalu ada suara bertanya
dari penonton berkarcis cuma-cuma
— sudahkah tiba waktu yang pantas
untuk penonton naik pentas? —

(17 Agustus 1950)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama