Puisi Isi dan Kulit Karya A. A. Navis

Terpandang kulit pisang di atas batu
siang malam berdingin-berpanas
menghitam rupa dimakan waktu
tak dipandang insan yang melintas.

Mari kawan, mari kemari
pandang dia ambil tamsilnya
masih ada harganya bernilai
setelah isi dinikmati rasa.

Kawan, tiada isi dihargakan orang
andaikata kulit tiada terpandang
dan sekiranya isi saja yang disuguhkan
pasti sangsi orang menelan.

Itulah kawan
tamsil kulit pisang yang kujumpa
— isi dan kulit haruslah setara
demikian sikap sepanjang zaman. —

(3 Maret 1948)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama