Puisi Pagi di Secangkir Kopi Karya Agus Noor

Aku akan menjadi kopimu,
yang rela mengendap sebagai kepedihanmu
yang sabar menghangatkan kesedihanmu.
Biarkan harum tubuhku, menenangkan jiwamu.

Aku kopi pahit, yang kau seduh dengan cinta.

Segala yang pahit, bukanlah untuk menunda sakit.
Sebab kita hidup untuk berbagi kebahagiaan.
Lalu kau pandangi aku, yang pulas dalam cemas.

Aku kopi pahit, yang belajar menatap dunia
dengan senyumanmu.

Aku akan selalu mengingat pagi bening
suara cangkir berdenting dalam hening
gemericik air dituang, juga ciuman lembut
yang membangunkanku dari perasaan sia-sia.

Kita pernah berteka-teki:
dari apakah terbuat sebiji kopi ini?
“Dari airmata,” katamu, “yang ketika jatuh,
tak pernah merasa kehilangan apa-apa.”

Ia yang rela tak terikat pada yang fana.

Maka, ketika airmatamu jatuh, pagi itu
yang tak tertampung oleh hatimu
biarlah tertampung dalam secangkir kopi.

Kau tahu, cintaku, dalam secangkir kopi
kesedihan tak membutuhkan pelukan.
Biarkan jeritmu yang tertahan
mengendap dalam gelas kehidupan.

Tidurlah kau setenang pagi. Tidurlah, lagi.

Aku kopi pahit
Biarlah seluruh kesedihanmu yang hitam
Menjadi jubahku.
(2013)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama