Puisi Liesel dan Sebuah Buku Karya Ama Achmad

Kau mengemas tahun-tahun ke dalam catatan-catatan rapuh yang sembunyi.
Tapi seringkali rahasia adalah dingin lantai bawah tanah yang gelap.

Orang-orang membakar kata-kata, tapi di dinding rumahmu alfabet-alfabet acak seperti hujan yang tak menyakiti, serupa kata-kata penghiburan untuk duka yang segera tiba.

Liesel, seperti kau tahu, dari buku yang kau sembunyikan di saku jaket, benderang akan padam.
Begitu juga warna-warni senja yang mati di ujung jembatan.

Kelak, di lagu terakhir, Liesel, ada yang tak terucapkan not –not akordeon itu:
Mimpi ysng hangus di halaman belakang dan kesedihan yang tiba-tiba mengecup puncak kepalamu.



Sumber: Riau Realita, 31 Agustus 2016.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama