Puisi Jalan Bukit Bintang Karya Taufiq Ismail

Ada sesuatu jadi, perlahan tengah jalan
Ada langit. Ada tambang. Ada air. Ada hijauan
Ada leher. Ada cakar
Mata yang sayu memandangmu. Memandangku
Seorang anak tukang sate pukul duabelas malam
Berumur sebelas dan bersepatu abu-abu
Dia memandang malam di luar kafe, dia memandangku
Dia memandangmu
Suara-suara malam metropolitan
Cahaya yang melintas-lintas
Lelaki tua itu, ayahnya, atau pamannya barangkali
Sedang memadamkan bara api
Di depan kafe yang mulai sepi
Ada bayang di jendela flat bermain
Bayang-bayang hitam, bayang-bayang nyaris ungu
Beberapa garis cahaya natrium
Dan tiga lagu Mandarin
Lelaki itu menyiram bara api
Berdesis
Daun meja kafe dari pualam
Ada sesuatu jadi, perlahan tengah jalan
Ada langit. Ada tambang. Ada air. Ada hijauan
Ada leher. Ada cakar
Bayang berlarian sepanjang pertokoan
Melompat dari jendela ke jendela
Anak tukang sate itu membenahi piring
Bayang-bayang beriring-iring
Anak itu menjulurkan lehernya
Lelaki itu mengais bara api
Yang hangus
Dan nyaris mati
Depan kafe sepi
Di sini.

(1967)


Sumber: Sajak Ladang Jagung (1973).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama