Puisi Di Bawah Rindang Maghfirahmu Karya Ririen

Menelungkup..
Di dipan kayu usang nan lapuk Di dipan kayu usang nan lapuk
Tanpa suara..
Menghitung debu- Menghitung debu-debu kotor di langit jiwa debu kotor di langit jiwa
Lalu berteriak memecah debu
Tak juga hancur
Berbisik pun
Takbuat luluh buat luluh
Ah, aku lelah...debu ini terlalu tebal

Hei..lihatlah!
Seonggok diri yang hina
Mementaskan tarian jiwa
Bersimpuh Bersimpuh khusyuk khusyuk
Pada Doa Tobat Pada Doa Tobat
Menangis..
Dada bergetar...
Raungan sesal Raungan sesal menggelegar... menggelegar...
Tarian jiwa makin menggila
Menghentak
Air mata mengalirkan asa
Berharap Arasy~Mu berguncang

Allahu...Allahu..Allahu..

Jeda..
Kupicingkan mata mengintip
Ah..gumpalan debu itu masih melekat Ah..gumpalan debu itu masih melekat di kalbu pekat kalbu pekat
Tapi Engkau masih memberiku Ramadhan
Maka...
Perkenankan aku berteduh
dalam Rindang Maghfiroh- dalam Rindang Maghfiroh-Mu...

Allahu...Allahu..Allahu..


Sumber: "23 Puisi tentang Ramadhan yang Menyentuh Hati dan Sarat Makna", https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7232576/23-puisi-tentang-ramadhan-yang-menyentuh-hati-dan-sarat-makna.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama