Menyembul kepalanya lintas kabut
antara alis mendalam kerut
kumis rimbun rambut kejang
mata terang-tajam
katanya
kehidupan menang
sendiri aku disiksa
tiap pandang bertemu:
kau sampai di mana
mengapa
mana
mana
mana petanda hari
yang dilintasi?!
menyembul kepalanya lintas kabut
antara alis mendalam kerut
aku bangkit dari sakit
melangkahi ngeri maut
Minggu pagi gerimis di luar
ditubir tangga letnan mengapur
demam membakar di sudut kamar
aku dan kertas
bergumul aku lebur
Lagi sekali batuk
dahak
ada gelepar
yang tak keluar
Mari, perpisahan dengan derita
mari kita ketawa
sampai serak suara
Tiap pandang bertemu
cair segala yang beku.
(Medan, akhir September 1954)
Sumber: Majalah Kebudayaan Indonesia (Februari, 1955).
antara alis mendalam kerut
kumis rimbun rambut kejang
mata terang-tajam
katanya
kehidupan menang
sendiri aku disiksa
tiap pandang bertemu:
kau sampai di mana
mengapa
mana
mana
mana petanda hari
yang dilintasi?!
menyembul kepalanya lintas kabut
antara alis mendalam kerut
aku bangkit dari sakit
melangkahi ngeri maut
Minggu pagi gerimis di luar
ditubir tangga letnan mengapur
demam membakar di sudut kamar
aku dan kertas
bergumul aku lebur
Lagi sekali batuk
dahak
ada gelepar
yang tak keluar
Mari, perpisahan dengan derita
mari kita ketawa
sampai serak suara
Tiap pandang bertemu
cair segala yang beku.
(Medan, akhir September 1954)
Sumber: Majalah Kebudayaan Indonesia (Februari, 1955).