Puisi Perampasan Karya Agam Wispi

di antara tetesan keringat kuning manusia kerja
ada goyang-kaki dan bibir berminyak
yang puja nenek-moyang
membiarkan tanah dirampas orang

pernah berabad hujan sia-sia saja
tubuh telanjang tak kenal malu
dan cinta hanya sepanjang usus
selama tanah dirampas orang

ada abad-abad matahari tak bercahya
di mana suara cuma mimpi
bayi-bayi tak pernah kenal bapanya
dan kesedaran jadi momok siang hari

yang terampas dan diperas
yang diburu dan yang hilang
kini kembali dari malam buta
pagi baru telah datang
dengan matahari manusia tertindas

(Perkebunan teh Bah birong ulu, 3 Februari 1952)



Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama