Sehabis bersayangan kasihku kembali turun ke pinggir kali.
Gubug reyot bertiang bambu harus dibagi dengan abangnya si tukang becak dan adiknya masih bayi.
Maknya jarang nampak, sepanjang jalan mungut puntung rokok sedari pagi.
Kasihku lekas dewasa. Dia baru enam belas tapi sudah berkali-kali lihat maknya membawa lelaki pulang dan tidur di bilik tanpa pintu. Apa peduli, sejak itu dia sendiri suka ngerjakan begitu.
Sebulan ini dia kena dingin angin malam dan batuk-batuk seperti tak bakal bisa sembuh. Bau masam dari mulutnya nyengat hidung lelaki yang didekatinya.
Kalau kasihku mati aku akan kehilangan sumber ilham buat bikin puisi, dan penyair tak punya arti. Lantas aku boleh minum baygon dan tersuruk di kubangan penuh tai.
Sumber: Simfoni Dua (1990).
Gubug reyot bertiang bambu harus dibagi dengan abangnya si tukang becak dan adiknya masih bayi.
Maknya jarang nampak, sepanjang jalan mungut puntung rokok sedari pagi.
Kasihku lekas dewasa. Dia baru enam belas tapi sudah berkali-kali lihat maknya membawa lelaki pulang dan tidur di bilik tanpa pintu. Apa peduli, sejak itu dia sendiri suka ngerjakan begitu.
Sebulan ini dia kena dingin angin malam dan batuk-batuk seperti tak bakal bisa sembuh. Bau masam dari mulutnya nyengat hidung lelaki yang didekatinya.
Kalau kasihku mati aku akan kehilangan sumber ilham buat bikin puisi, dan penyair tak punya arti. Lantas aku boleh minum baygon dan tersuruk di kubangan penuh tai.
Sumber: Simfoni Dua (1990).