Tak pernah kau rasai
Berbilang siang berbilang malam hari
Teman-temanmu menjauh pergi
Lawan-lawanmu memusuhi tanpa nurani
Ini Sunyi
Tak pernah kau rasai
Berbilang bulan berbilang tahun di sini
Sembilu-sembilu kata-kata melayang dari kegelapan!
Berulangkali!
Luka-luka tak tampak mata membekas perih...
Ini Sunyi
Tak pernah kau rasai
Kau seorang penulis.
M’reka tak baca lagi
Kau jadi tukang angkut barang, pedagang kaki lima dan sopir taxi ( ‘tak resmi’ )
Seorang bekas teman naik, terkejut dan turun lagi..
Ini Sunyi
Tak sanggup kau rasai
Negeri Pancasila! Penjaramu tanpa terali besi...
Tapi aku masih di sini
Tegak berdiri!
Bersama Ia Yang Membuat Sunyi berarti
Dan tak perih lagi
(Jakarta, 1992)
Sumber: "Puisi-puisi Teguh Esha", https://nasional.kompas.com/read/2008/12/31/16122555/~Oase~Puisiku.
Berbilang siang berbilang malam hari
Teman-temanmu menjauh pergi
Lawan-lawanmu memusuhi tanpa nurani
Ini Sunyi
Tak pernah kau rasai
Berbilang bulan berbilang tahun di sini
Sembilu-sembilu kata-kata melayang dari kegelapan!
Berulangkali!
Luka-luka tak tampak mata membekas perih...
Ini Sunyi
Tak pernah kau rasai
Kau seorang penulis.
M’reka tak baca lagi
Kau jadi tukang angkut barang, pedagang kaki lima dan sopir taxi ( ‘tak resmi’ )
Seorang bekas teman naik, terkejut dan turun lagi..
Ini Sunyi
Tak sanggup kau rasai
Negeri Pancasila! Penjaramu tanpa terali besi...
Tapi aku masih di sini
Tegak berdiri!
Bersama Ia Yang Membuat Sunyi berarti
Dan tak perih lagi
(Jakarta, 1992)
Sumber: "Puisi-puisi Teguh Esha", https://nasional.kompas.com/read/2008/12/31/16122555/~Oase~Puisiku.