Puisi Berbeda Pendapat Karya Taufiq Ismail

kucatat ahli masuk bui, A. Qadir Djelani
di zaman demokrasi terpimpin dua kali
di zaman demokrasi pancasila lagi dua kali



Isa Ansyary dan D.N. Aidit
Di atas podium seperti akan tikam-menikam
Konstituante bagai terbakar panasnya perdebatan
Tapi sehabis sidang waktu makan siang
Mereka duduk berhadapan satu meja
Bercakap-cakap begitu wajarnya

Bung Karno dan Muhammad Natsir
Berpolemik keras di media massa
Berbeda ide nyaris bagai masyrik dan magrib
Tapi bila berjumpa muka
Wajah cerah bagai abang dan adik saja

Pemilu '55 pemilu pertama paling merdeka
Tiada huru hara, tak ada pembunuhan, tanpa sandiwara
Penguasa tidak menipu rakyat menghitung suara
Burhanudin Harahap PM-nya, jauh dari selingkuh
Cuma mau memenangkan partainya

Wilopo, Moehamad Roem dan Kasimo
Tiga visi untuk tiga garis politik
Berlain pandangan namun akrab dalam pergaulan
Tegur sapa adalah pakaian bersih bersama

Kini itu tinggal impian saja
Kultur ini dibunuh lima windu lamanya
Oleh yang berkuasa, yang berbeda pendapat
Jadi musuh sampai akhir abad
Apalagi oposisi seteru sampai mati
Bung Syahrir dulu, Pak Ton kini
Lalu Pak Nas, Pak Syafrudin dan Bang Ali
Bertemu di jalan muka dipalingkan
Di resepsi perkawinan dicegah dapat undangan
Telepon disadap, jalur rezeki disumbat
Kendaraan bergulir diikuti ke mana-mana
Hidup bergerak dalam laporan mata-mata

(1998)


Sumber: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama