Mengapa selalu kutulis sajak
Apabila kerinduan tiba-tiba menyerbuku
Mengapa harus sajak, Tuhanku, mengapa harus ia
Yang mampu kupersembahkan kepada-Mu
Seandainya ini sebuah tugas
Maka aku terima ia sebagai tugas
Akan kujalani sampai nanti nyawaku terlepas
Seandainya ini sebuah sembahyang
Maka akan kuusir segala bayangan yang datang
Yang selalu mencoba mengaburkan-Mu
Mengapa selalu sajak yang kutulis itu
Apabila pertanyaan-pertanyaan datang menyerbuku
Selalu sajak, Tuhanku, mengapa selalu ia
Yang mampu kuberondongkan kepada-Mu
Atau barangkali karena aku tahu
Engkaulah Penyair itu
Yang begitu mempesonaku
Yang telah membelenggu hidup dan matiku
Dengan segala keasingan-Mu.
(1981)
Sumber: Tamparlah Mukaku (1982).
Apabila kerinduan tiba-tiba menyerbuku
Mengapa harus sajak, Tuhanku, mengapa harus ia
Yang mampu kupersembahkan kepada-Mu
Seandainya ini sebuah tugas
Maka aku terima ia sebagai tugas
Akan kujalani sampai nanti nyawaku terlepas
Seandainya ini sebuah sembahyang
Maka akan kuusir segala bayangan yang datang
Yang selalu mencoba mengaburkan-Mu
Mengapa selalu sajak yang kutulis itu
Apabila pertanyaan-pertanyaan datang menyerbuku
Selalu sajak, Tuhanku, mengapa selalu ia
Yang mampu kuberondongkan kepada-Mu
Atau barangkali karena aku tahu
Engkaulah Penyair itu
Yang begitu mempesonaku
Yang telah membelenggu hidup dan matiku
Dengan segala keasingan-Mu.
(1981)
Sumber: Tamparlah Mukaku (1982).