Kabut yang mengepungmu
Telah runtuh menjadi kata-kata
Rumah kayu hanya menyisakan dinginnya
Dan sunyi mengendap di sana
Maut bukanlah kabut yang mengendap-endap
Tapi salju
Yang berloncatan bagai waktu
Dan menyumbat pernapasanmu
Beranjaklah dan jangan menengok
Ingin kusaksikan tubuhmu telanjang
Tanpa mantel keyakinan
Menjauh dan semakin menjauh
Kubah mesjid dan runcing menara katedral
Tenggelam di balik perbukitan
Senja mengental dalam gelas kopiku
Dan kureguk sebagai puisi yang pahit
Beranjaklah dan jangan menangis
Obor malam akan mengantarmu pergi
Melintasi jalan kesabaran
Menerobos hutan
Maut bukanlah kata-kata
Tapi doa
Yang memancar bagai cahaya sorga
Dan membakarku tiba-tiba.
(1991)
Sumber: Di Atas Umbria (1999).
Telah runtuh menjadi kata-kata
Rumah kayu hanya menyisakan dinginnya
Dan sunyi mengendap di sana
Maut bukanlah kabut yang mengendap-endap
Tapi salju
Yang berloncatan bagai waktu
Dan menyumbat pernapasanmu
Beranjaklah dan jangan menengok
Ingin kusaksikan tubuhmu telanjang
Tanpa mantel keyakinan
Menjauh dan semakin menjauh
Kubah mesjid dan runcing menara katedral
Tenggelam di balik perbukitan
Senja mengental dalam gelas kopiku
Dan kureguk sebagai puisi yang pahit
Beranjaklah dan jangan menangis
Obor malam akan mengantarmu pergi
Melintasi jalan kesabaran
Menerobos hutan
Maut bukanlah kata-kata
Tapi doa
Yang memancar bagai cahaya sorga
Dan membakarku tiba-tiba.
(1991)
Sumber: Di Atas Umbria (1999).