Aku rindu pada bahagia anak,
Yang menunggu bapaknya pulang,
Dari gunung membawa puput,
Sepotong bambu tumbuh di paya-paya.
Pada perahu tiba-tiba muncul sore,
Dari balik tanjung di teluk danau,
Membawa Ibu dari pekan,
Dengan oleh-oleh kue beras bergula merah.
Aku rindu pada malam berbulan,
Kala si tua dan si anak mandi sinar purnama,
Berkaca di permukaan danau biru -
Sebelum air mengelucak di musim kemarau
Aku rindu pada bunyi seruling gembala,
Bergema di bukit memenuhi lembah,
Pada permainan di gua-gua batu penuh lebah,
Kala api panen mengusik hewan di tengah sawah.
Aku rindu. Aku rindu pada tebing hijau,
Tempat ikan emas bercengkerama,
Di antara lumut menggeliat bening,
Seperti taman zambrut dalam impian.
Aku rindu pada batu-batu besar dan hitam,
Muntahan lahar dari perut bumi,
Pada pemandangan tua ribuan tahun,
Si gembala domba, termenung di atas batu.
Aku rindu bau-bau di musim panen,
Gelak si tani purba membakar jerami,
Rindu pada si nelayan pulang dari danau,
Menyandang pukat dan ikan di sore hari.
Aku rindu pada suara kakak,
Memanggil aku pulang makan,
Rindu pada resah bambu di benteng kampung,
Melambaikan daunnya pada angin gunung.
Aku rindu pada adikku, yang rindu padaku,
Aku rindu bunyi palu tukang perahu
Aku rindu lenguh sapi, pada bau kerbau,
Aku rindu, rindu suara Ibu,
terkubur di pinggir danau.
Aku rindu lonceng gereja bertalu-talu,
Rindu gemanya merayap-rayap di udara,
Menyongsong malam, mengumumkan satu-satu Kematian,
Merayakan Perkawinan - serta Kelahiran,
Pada malam Natal, kisah tiga Raja dari Timur,
Datang menghormati Anak Manusia,
di sana, di tepi Danau Toba, kelahiranku.