Puisi Melalui Siang Menembus Malam Karya Rivai Apin

Melalui Siang Menembus Malam (1)

Sebelum gadis-gadis jadi remaja,
Sebelum daun-daun akan menghijau dan bunga berwarna segar,
Di sempit pinggiran, dimana batas hanya bisa dirasakan
– dan dia tidak akan meleset, tapi harus jujur dalam pengakuan –

Air mata akan menakik pipi
pikiran akan membakar hati,
menjadikan diri orang kering kurus sehabis nyala.

Musim kemarau telah bangkitkan
dan hembuskan dan sebarkan
napas kering maut,
Kebenaran kegembiraan dalam ledakan pertama.

Dari balik tembok-tembok sepanjang gang-gang
maut mengintai tak kunjung putus
Manusia hanyalah anak dari beberapa jam.

Anak Manusia yang sekarang ini hanyalah tahu cita-cita yang patah,
burung-burung yang kehabisan nyanyi.
Dan hatinya, di padang kering, batu rengkah-rengkah digersangi harapan.

Kini dia telah pahit mulut
dadanya berayutan, berat menarik ke dalam kubur.


Melalui Siang Menembus Malam (2)

Kebenaran kegembiraan dalam ledakan pertama
Kebenaran yang diakui hati
Tapi dipatahkan pikiran, karena
dia minta jaminan bagi kehidupan seperti manusia biasa.
Pahit pertama yang menyebar dalam mulut
dan menuba dada
Pengertian inilah:
dia telah mengaburkan batas
manusia biasa dan manusia luar biasa

Kedua-dua adalah anak-anak manusia
Yang ditentukan oleh beberapa jam
“pada pokok mula ialah perbuatan”

Kebenaran yang diakui hati tapi dipatahkan pikiran
manusia luar biasa minta jaminan bagi kehidupan;
Bagi orang yang lari sebagai binatang buruan: manusia biasa
Datang melecut pada luka-luka
dia yang telah lari ke dalam gua-gua terakhir
karena dia tidak mau jadi barang sewa.


Melalui Siang Menembus Malam (3)

Demi cinta dan jujur
mari kita berterus terang
Ini hidup yang menghampar di hadapan kita
demikian indah, demikian menarik, dan penuh goda
tapi jalannya telah menuju ke ketakutan
dan setan-setan di pinggiran jalan
bersorak-sorak menganjurkan.

Arus yang telah diikutkan
membuat lupa dan kemegahan
membuktikan ketakutan…

Adakah suatu kemegahan itu bumi
Adakah suatu kemegahan itu dasar
Kemegahan yang telah dihantui oleh ketakutan dan penyesalan,
tapi tak hendak diakui?


Melalui Siang Menembus Malam (4)

Carilah penghabisan mimpi
Carilah penghabisan nyanyi
Tapi bagaimana? Kedua-dua tidak akan habis-habis
Kedua-dua akan putus-putus
Mereka kedua memang bisa,
memang bisa, tapi bagaimana…


Melalui Siang Menembus Malam (5)

Di mana akhir daerah akan terdapat
akhir daerah, yang membuka kaki langit
Tidak cukup kesepian, tidak cukup pembuangan
tidak cukup ketahanan dan kekuatan menjejak dasar
Tidak di atas tanah bumi, tidak di atas air laut

Dalam ketika-antara di dalam jarak bumi dan laut
Dan hirup udara dari dua rupa.
Bumi yang punya rupa dan nama
menguapkan awan sakal dan …

Di perhentian lanjut
Menyadari tempat dan ketika
Kemenangan dan kekalahan
Membuat pengakuan lalu pulang ke garis jalan,
Tujuan yang dimulai bersumber hati


Melalui Siang Menembus Malam (6)

Di daerah tuju yang membuka kaki langit
di daerah yang setiap waktu dimandi hujan,
Biar di waktu siang atau di waktu malam.
Cari waktu yang tepat
Cari tempat yang wajar, dan ingat
Tidak ada waktu dan tempat bagi dia yang dilahirkan cahaya
dan hilang ditertawakan cahaya.

Dia yang dilahirkan di tengah malam terbongkar
dengan hutan rimba yang satu waktu patah-patah
dan lain waktu jadi padang kering
Dia akan hidup menuju pantai dan jadi penguasa
Karena dia percaya:
Inilah bumi, air , dan udara
Di atas mana, di dalam mana, dan di antara mana
Anak Manusia harus hidup.

Dia perhitungkan segala hidup
Dia buat perhitungan di tiap mati
Dia hanya menggenggam nilai
Laut kekalan yang tak kenal batas,
di atas mana kapal, hidup berlayar

Dia telah mandikan dirinya di dalam
biru, kejujuran laut dengan badai dan kaca
mata sumber segala yang hidup
kepundan yang memancarkan segala tenaga
Dan gadis dengan keindahan penuh sehabis badai,
Akan keluar dari laut yang biru bening.
 

Sumber: Tiga Menguak Takdir (1950).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama