Puisi Dari Dua Dunia Belum Sudah Karya Rivai Apin

Pagi ini aku dengar beritanya,
Aku ke jalan
Orang-orang jualan dan hendak pergi kerja menepi-nepi
Oto-oto kencang, berat dengan serdadu-serdadu dan tank-tank
                        tak dapat digolakkan
Ada yang meronda, berdua-dua dan bersenjata
Di antaranya ruang lapan-lapan, tapi ada isi!
Semua beku padu:
manusia benda udara, tapi memperlihatkan harga

Aku pergi ke teman-teman berbicara, isi mengendap ke kelam
Berita: Jogja sudah jatuh, Maguwo...  Karno tertangkap
Hatta, Sjahrir ...
....
Kami berbicara, menimbang dan melihat kemungkinan
Semua dari satu kata dan  untuk satu kata.

Senja itu aku pulang, sarat dengan berita dan kemungkinan.
Di rumahku aku disambut oleh keakuanku yang belum sudah:
buku yang terbuka, yang belum dibaca dan buku yang harus
aku sudahkan,
Tapi untuk ini aku sudah tinggalkan Bapa dan Abang
Dan baru pula teringat ini hari baru satu kali makan.
– yang periuknya selalu terbuka – Dan aku sudahkan
keakuanku
di dalam ruang kuburan yang digalikan oleh nyala pelita di
dalam kegelapan.

Tapi malam ini menghentam, sepatu lares pada dinding
kegelapan yang tebal
Dan ketika mereka telah pergi terdengar ratap perempuan,
bininya atau ibunya.
Padaku tak usah lagi diceritakan, bahwa ada yang dibawa
Aku hanya bisa menekankan kepala pada papan meja,
Buncah oleh itu kata yang belum punya bumi tapi telah mengejar
                        pula ke dalam dunia yang belum sudah.
 

Sumber: Tiga Menguak Takdir (1950).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama