Puisi Di Hadapan Pacar Senja Karya Adimas Immanuel

untuk Joko Pinurbo


Seorang penyair lanjut usia bercerita alasan
bertahan di kotanya meski kota cantik itu
babak belur digempur berbagai proyek wisata.
Namanya kadung terpatri di benak anak muda:
"Kata-katamu menjelma jalan-jalan kecil kotamu."

Apakah ia senang dengan semua penghargaan itu?
Mungkin saja sebab ia telah memahat kata-kata
demikian lama dan dikenang adalah jalan terbaik
menempuh sunyi selamanya. Ia hanya mengerti
pergi adalah jalan pulang terdekat menuju puisi.

Kadang ia bertanya apa lagi yang akan ia tulis.
Puisi-puisi yang baik, itu pasti. Kebaikan-kebaikan
yang menjelma puisi, itu lebih pasti. Ia boleh curiga,
jangan-jangan setiap senja yang turun ke dunia sengaja
dipersiapkan agar ia terus melahirkan kata-kata.

Kini peramu kata-kata itu pergi, meninggalkan bunyi,
menyisakan sunyi. Ketika pagi ini kabar duka tiba
membekukan waktu, sebuah tembang mengalir lirih
di hati seperti hujan puisi dan kopi yang amat ia cintai,
tentang kota yang setia memeluknya--- Yogyakarta:
"Walau kini kau telah tiada tak kembali
namun kotamu hadirkan senyummu abadi."

(2024)


Sumber: Instagram @adimasnuel.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama