Puisi Yang Mengapung dan Tenggelam di Matamu Karya Hasan Aspahani

KAMU tidak bergegas, ini kali, agar kamera
sempat membuka mata lensa, mempermainkan rana,
menangkap lekas dan lengkap, lingkar lanskap.

Tunggu, apa yang mengapung di matamu itu?

Dari tinggian yang sebentar yang sementara,
semua dapat kaubaca: apa ada yang tak bisa?

Republik ini sebuah plaza, tempat pedagang
menggelar sembarang barang dan jual jasa,
seperti dulu dirancang lelaki Inggris Raya,
namanya tertinggal di jalan dan pusat kota.

Kamu siapa nama? Kamu tanya dua lelaki muda,
sepasang gay melancong jauh dari Polandia.

Kauarahkan zoom ke telungkup tempurung raksasa,
itukah taman pesiar terbuka? Beretalase talam
talas, mempertunjukkan suara sara sandiwara?

Ini bukan disney-dream-land atau lakon bangsawan.

Lagi pula buat apa juga dibedakan? Ini panggung
permainan tak akan bisa lagi dihentikan. Lari.
Lari. Kejar. Kejar. Beli. Beli. Bayar. Bayar.

Tunggu, apa yang tenggelam di matamu?

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama