Puisi 45 Karya Goenawan Mohamad

Praha, atau Den Haag, atau … Kota ini seperti tak
terbiasa juga dengan dingin, dengan malam,
meskipun berabad-abad ia berdiri, setengah
lelah. Gedung-gedung menanggungkan musim
tak putus-putusnya, tapi juga di ujung Oktober
ini ada yang terasa mengkeret oleh cuaca; plasa,
taman, boulevard, juga pasar yang tadi siang
terhampar. Hujan menjatuhkan ujungnya yang
tajam, kerap, dingin. Dari beberapa sudut,
lampu jalan – masing-masing seperti bersendiri
– adalah cahaya yang kuyup. Angin mengaum.
Kita mendengar derunya lewat di antara celah
yang terbentuk oleh bangunan tinggi.

Tak ada orang di jalanan. Semakin larut malam,
semakin tampak aspal dan semen bertambah
datar. Mobil melintas satu-satu, seperti terpaksa.
Trem, bahkan dengan derak roda pada rel, jadi
bagian dari sunyi yang tak dikehendaki.


Sumber: Jendela Sastra.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama