Puisi Tinggal Bahasa Karya Galeh Pramudianto

Aku rindu eskalator
yang membawaku sampai di lembah baju-baju.
Kentang goreng, susu kotak, dan jus melon
merekah dalam kantong belanjaan.
Aku rindu ruang merokok,
yang menggendongku beristirahat pada pekat polusi kota,
menenangkan dalam sebungkus hisap lesap.
Aku rindu pada ibu yang berbincang dengan kliennya
bersama donat dan moccacino di sudut ruko-ruko.
Aku rindu bertemu Wiji dan Warhol.
O, apa mereka sarapan satu meja?
Aku rindu pada billboard di bulevar,
menyalak, memeluk tubuh haus ini dalam dekapan kaleng soda.
Di praja aku tertinggal oleh lampu-lampu,
ditawan kartu kredit dan dijajah gosip-gosip.
Kini hanya bahasaku sahaja
yang masih setia mengampu.



Sumber: Skenario Menyusun Antena (Indie Book Corner, Yogyakarta Cetakan, 2015)
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama