Puisi Serenada Putih Karya W.S. Rendra

Kesepiannya mengurung jerit hatinya.
Pandangnya yang dirahasiakan
terasa juga oleh lelaki itu.
Di jalan orang memetik gitar
cecak di tembok
dan rindu di hatinya:
bagai bayang-bayangnya yang gelap.
Ketika terdengar
bunyi lonceng tembok
lelaki itu memandangnya.
Ia pun menunduk.
Tergerai rambutnya
bagai malam.
Gadis yang sangsi pada diri
memendam segala rasa
dalam berpura.
Terkunci mulutnya.
Menunduk matanya.
Semakin berpura
semakin panas ia.
Rindunya murni
bagai permata belum diasah
bagai rahasia belum disingkapkan.
Cecak berbunyi dalam kantuknya
dan gemetarlah sepi
di kamar itu.
Lelaki itu menjamahnya
dan membisikkan kata-kata
dengan napas yang melemaskan.
Angin menumbuki kaca jendela.
Sepatu terantuk kaki meja.
Maka:
dalam pelukan gemetar
pertukaran napas ganas
menemu kuncinya.
Lalu:
cium pertamanya.
Kemudian:
dikatakanlah segalanya.

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama