Puisi Penantian Karya Fiersa Besari

aku senang, wangimu yang tertinggal di sela kalimat manis yang berpenggal-penggal
di antara reruntuhan kenangan yang membatu
wangimu adalah sebuah mesin waktu
aku suka matamu yang coklat penuh hasrat
membuat melangkah darimu terasa sangat berat
dengan mata itu kau memandang alam semesta
dengan mata itu pula kau menjadikanku tak mampu berkata-kata
aku benci senyumanmu yang dipenuhi zat adiktif
sampai aku tak tahu lagi mana yang fakta, mana yang fiktif
senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku gelagapan
membias jingga sebelum akhirnya menggiringku pada kegelapan
aku rindu sosokmu yang memberi tahuku, bahwa cinta terpendam adalah bahasa keheningan dengan hati yang saling menggenggam
jadi, apakah salah jika selalu saja namamu yang terukir?
meski rasa ini tanpa nama, tanpa sebab, tanpa mula, tanpa akhir
lambat laun kusadari, beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi
bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat do'a
beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia
bukan untuk diutarakan hanya untuk disyukuri keberadaannya
biarlah "apa kabar" menjadi pengganti "aku rindu"
"jaga dirimu baik-baik" menjadi pengganti "aku sayang kamu"
tangannya menjadi pengganti tanganku untuk menuntunmu
pundaknya menjadi pengganti pundakku untukmu bersandar
biarlah gemercik gerimis, secarik senja, secangkir teh, dan bait lagu menjadi penggantimu

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama