Puisi Mikropon yang Pecah Karya Afrizal Malna

Mereka pernah keluar dari kota kecil itu, sebuah pengeras suara dengan pendengar yang sunyi. Setelah itu mereka tak pernah kembali lagi. Kota kecil itu kini jadi kata tanpa penghuni. Hujan dan malam sering mengunjunginya, dengan baris-baris puisi menggenang.

Tetapi mikropon yang pecah, melahirkan pengucapan 1 CM gemetar membaca dirimu. Orang mengatakan bahsa jadi yatim piatu di kota kecil itu. Setelah itu hujan dan malam tak henti-hentinya turun di hatimu, ketika orang berkata hanya melalui jemarinya yang gemetar. Tetapi mikropon tak pernah mengenalmu, di kota mana pun. Lalu hujan dan malam mulai berpisah dari kenangan, jadi kata tanpa kabar.

Engkau masih percaya juga,
puisi di luar sejarah membaca?

Kota hujan dan malam itu kini jadi benda-benda pada tanganmu penuh cerita. Mereka ingin berada di situ, tak ingin jadi siapa pun. Mikropon yang pecah telah mengunjungi kota-kota, seperti pembicara 1 CM di lehermu. Tak ada lagi kata yang bisa mengganti dirimu di situ. Mikropon pecah kemudian menyemburkan pembaca, di antara pengeras suara, 1 CM yang lalu, memisahkan kata dari kenangan.
(1989)


Sumber: "Arsitektur Hujan", Bentang Pustaka, Yogyakarta, 1995.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama