Puisi Kerentaan Waktu Karya Adimas Imannuel

Dalam sakit dan sembuhku

terselip bayang pucat wajah

dan gemetar biru bibirmu,

ia membawa kabut ingatan

masuk dan luruh ke seluruh tubuh.

Sebab cinta seperti serbuk obat

yang hampir kadaluwarsa

dan menggerus kesadaran kita

hingga berlupa menghitung kini.

Dengan mata berkunang

kita jangkau kepastikan

meski kau bisa saja

menyembunyikan namaku

di balik ranjang tidurmu

sambil mengisi sendiri

hari kematianmu, sebab

maut adalah simpang antara

bangsal dan kosong tak terkira.

Dan hari depan masih menetes

di kantung infus, ia mengairi

diri yang kerontang, tak putus-putus.

(2014)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama