Puisi Kepompong Karya Oka Rusmini

Tahun-tahun mengering, air mata, masa lalu.
Dan tumpukan kebusukan-kebusukan menanam rohnya di tubuhku.
aku rajin merangkainya,
kukalungkan di kepala
tapi mana hatiku?
Seorang perempuan dengan mulutnya rajin menerkam tubuhku
aku mulai menyusun menu
kusantap tubuhku (di sebuah meja makan)
kuteguk air mataku
seorang perempuan datang
pedang di matanya.
Seratus tentara di mulutnya (dia minta kakiku)
aku mulai pandai menanak hati,
juga jantung dengan sop darah yang kuisap dari permainan ini
trotoar kuimpikan jadi kubur
orang-orang akan datang tanpa jari
mereka akan lumat tubuhku
seperti perempuan yang meminta tubuhku juga
keringat yang kusulam jadi kertas
seorang lelaki, atau seorang perempuan yang menanamku
mulai menanam manusia baru
tak ada lagi wajahku,
mereka menari sendiri
dengan anak-anak yang pandai melepaskan busur ke jantungku.

Lelaki itu hanya bisa diam.
Dia ikut menyantap tubuhku.
Orang-orang datang dan memakiku.

''Sebuah pementasan kau mainkan lagi''
mereka menyulam darahku di atas batu.

(1999)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama