Puisi Kasidah Angin Karya Adri Sandra

di dada udara, mulailah ia berkayuh
meniti daun-daun, gelombang musim dan cuaca
membawanya mendaki dan menurun; bintik-bintik sinar lentera
berpijar di bulir embun, dan iapun bernyanyi, menabuh dinding-dinding batu
“wahai, suara itu, begitu merdu meliku antara rusuk ranting bambu”

dalam malam, dihimbaunya purnama, cahaya telungkup
di atas alunan gendang kecapi: “puji syukur ya Allah”
suara-suara tengadah, antara kabut, menjengkal jalan yang islah
berdiri di satu sudut, hijau pemandangan ditebal lumut

di sini, di kaki lembah cahaya yang putih, pohon-pohon bertasbih
dan angin; suaranya timbul tenggelam, pelayaran kian jauh
menembus warna-warna musim, di kelopak hari-hari yang tenang
“wahai, betapa anggun: suaramu menyulam jiwaku gurun!”

maka iapun terus merayap, ke gunung-gunung paling sunyi
tapal dari seluruh pengembaraan
amsal dari segala gerak perjalanan

“wahai, dalam telaga dermagamu, aku jalin dendangmu!”
dan angin tersipu; memisahkan mimpi dengan waktu
dalam hidup, sepanjang tidurku.
(Dangau: Ramadhan, 11)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama