Puisi Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah, Penyair Yang Terbunuh Karya Asrul Sani

Ciumlah pinggir kejauhan
tangan terkulai karena revolusi!
Tinggalkanlah ribaan bunda
dan mari kita iringkan desir air di pasir
nikmati tokoh perawan dan gadis penari!
Kembangkan layar! Pelaut remaja,
Baringkanlah diri di timba-ruang
dan pandang bintang tiada tertambat di pantai

Rahasia kita hanya disembunyikan laut,
Tiada mungkin di sana hati merindu lagi
Sayang engkau tiada kenal gelombang,
Gelombang dari rahasia pencalang
gelombang dari nakhoda yang tiada tahu pulang.

Kami akan selamanya cintakan engkau,
engkau penyair!
Lagu yang dulu kau dendangkan atas kertas gersang
Nanti kami rendam di laut terkembang.
Hati kita akan sama selalu,
dari waktu sampai waktu,
Apa yang akan kita bisikan senja ini
Akan jadi suara lantang di waktu pagi.
Simpanlah kertas dan pena
Hanya yang bernyawa
yang akan hidup selalu.
Sendu yang kaurasa,
di pagi kami telah membuka cahaya.

(1948)


Sumber: Mantera (1975).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama