Puisi Tidur Setelah Dongeng Karya Hasan Aspahani

BOCAH itu pun tertidur tanpa selimut dan bantal setelah satu dongengan tentang bumi yang gempa.

IA bermimpi: rumahnya yang runtuh menjadi istana, dan dia jadi tukang kebun di taman luas istana itu. “Lewat akar bunga-bunga, kusampaikan cinta yang tak terkata pada Bunda Tanah.” Di mana ia lahir dan di mana nanti digali liang makamnya.

IA bermimpi: rumahnya yang puing jadi kapal layar, dan di kapal itu dia jadi juru tali, penduga dalam samudra, penebak badai, dan pemeta arah angin. “Aku hanya ingin kapal ini sampai di Pelabuhan. Dermaga paling damai yang ada gambarnya pada kibaran bendera di tiang tertinggi kapal besar ini.”

IA bermimpi: rumahnya menjadi sekolah. Dan dia jadi guru, mengajarkan siasat puisi dan cara menggambar. “Gambarlah lelehan lava di gunung itu dalam warna hijau, biru, kuning atau ungu. Jangan cuma merah, warna yang kadang sangat suka menipu,” katanya sambil membagi krayon, batang-batang berwarna yang hanya bisa dia angankan bersama teman-temannya: bocah desa.

BOCAH itu pun tertidur tanpa selimut dan bantal setelah satu dongengan tentang bumi yang gempa.

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama