Puisi Menu Khusus Pada Sebuah Restoran Karya Hasan Aspahani

HARI yang sudah senja menyusun sembilan meja
bayang-bayang pelengkap di kanan sisi-sisinya.

Taplak antelas hitam sewarna langit. Warna kelam.

Ini restoran kehidupan. Tanpa kursi. Tanpa keranda.
Pada daftar hanya sebuah menu khusus: Kematian.

Kau, mestinya sudah pula dapat tempat. Istimewa.
Kau sudah lama memesan. Datanglah sendirian.

Anak-anak tak berayah jadi pelayan. Piring kosong,
Sendok dan pisau, menata risau. “Tak ada yang
sempat menyantap, apa yang telah disuguhkan.”

Demi perjalanan. Demi sopan-santun perjamuan.

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama