Puisi Di Sebuah Kedai Kopi di Daik Lingga Karya Hasan Aspahani

PADA kopi kedua
dan nasi dagang kelima,
(mungkin enam)
ingin benar aku
menyiulkan Sinatra
diam-diam
untuk serombongan orang Singapura
yang tadi menghabiskan laksa
dan membiarkan sisa busa teh tarik
pada bibirnya

Kulihat Hasbi memainkan kamera
mencari kombinasi yang tepat
antara rana dan diafragma
sebelum memotret
anak-anak pagi jalanan
berlari menuju sekolah
(dan mungkin masa depan)

“Atuk kami, dulu,
juga sekolah di situ,”
kata seorang orang Singapura itu
bercakap dengan masa lalu

Di dinding kedai
ada repro gambar Sultan Riau terakhir
dengan ekspresi yang cemas
dalam ingatan dan kurungan bingkai
dimakan anai-anai.

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama