untuk: Radhar Panca Dahana
risau itu telah lesap dalam
aliran darahmu, menyatu
dalam keikhlasan, menerima segala batu takdir
hingga menjadi pasti apa yang mesti dinanti
apalah kita, selain hanya debu yang ragu, atau
risalah yang tak habis ditulis, tak puas terbaca
pelitakah yang menuntunmu bertahan dalam kelam
atau secercah cahaya dari semesta?
nafiri telah ditabuh di kejauhan
celah indah kegaiban melingkupimu
antara ada dan tiada dalam kesunyataan
deritamu seperti paripurna, serupa sisypus
angin pun tak mampu meniup kabut di puncak bukit
hanya embun yang coba bertahan di kelopak bunga
apalah kita, yang selalu berupaya sekemilau kata puisi
namun, telah kau temukan kesejatian
antara jalan derita, seteguk doa, sekelumit harapan...
(Karangasem, Bali, 5 April 2010)
Sumber: Sepenuhnya.com
risau itu telah lesap dalam
aliran darahmu, menyatu
dalam keikhlasan, menerima segala batu takdir
hingga menjadi pasti apa yang mesti dinanti
apalah kita, selain hanya debu yang ragu, atau
risalah yang tak habis ditulis, tak puas terbaca
pelitakah yang menuntunmu bertahan dalam kelam
atau secercah cahaya dari semesta?
nafiri telah ditabuh di kejauhan
celah indah kegaiban melingkupimu
antara ada dan tiada dalam kesunyataan
deritamu seperti paripurna, serupa sisypus
angin pun tak mampu meniup kabut di puncak bukit
hanya embun yang coba bertahan di kelopak bunga
apalah kita, yang selalu berupaya sekemilau kata puisi
namun, telah kau temukan kesejatian
antara jalan derita, seteguk doa, sekelumit harapan...
(Karangasem, Bali, 5 April 2010)
Sumber: Sepenuhnya.com