Puisi Pour Dons Karya Sapardi Djoko Damono

sepanjang jalan layang itu di belakang kemudi ia bersenandung
menatap lurus ke depan sesekali mengerdipkan mata dan dengna
teratur menghela dan menghembuskan napas sambil dengan
sangat cermat mendengarkan cericit angin tipis yang menyusup di
sela-sela kaca jendela
ia pernah bilang padaku bahwa menyayangi jalan itu
sepanjang jalan layang yang berkelok-kelok yang tanpa tanda
lalu-lintas yang tanpa billboard yang tanpa garis putih di sepanjang
aspal licin dan legam yang ia bayangkan sebagai sungai di ladang
yang sudah lama ditinggalkan yang ia bayangkan sebagai ular yang
dengan sangat tenang berenang di sungai itu yang ia bayangkan
sebagai benang sutera merah yang dengan sabar pelahan lepas dari
gulungannya yang ia bayangkan sebagai garis yang sangat tipis di
antara kemarin dan nanti
sepanjang jalan layang itu di belakang kemudi ia bersenandung
menatap lurus ke depan sesekali mengerdipkan mata dan dengan
teratur menghela dan menghembuskan napas sambil dengan
sangat cermat mendengarkan cericit angin tipis yang menyusup di
sela-sela kaca jendela
ia sesekali mengucapkan terima kasih pada mesin yang kedap
suara itu
ia pernah bilang padaku bahwa mencintaimu


Sumber: Buku Babad Batu.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama