Puisi Memilih Jalan: Robert Frost Karya Sapardi Djoko Damono

1
Jalan kecil ini berujung di sebuah makam dan kau bertanya,
“Kenapa tadi kita tidak jadi mengambil jalan yang satunya?”
Tapi kenapa kau tidak bertanya, “Untunglah kita tidak
mengambil jalan itu tadi?”
Memang absurd, jalan ini kenapa ada ujungnya dan tidak
menjulur saja terus-menerus sampai pada batas yang seharusnya
juga tidak perlu ada.

2
Kita mungkin keliru memilih jalan tapi itu sama sekali bukan
salahmu.
Akulah yang mengajakmu mengambil jalan ini sebab kupikir
kota yang kita tuju terletak di ujung jalan yang kita lalui ini.
Hanya comberan bekas hujan
Hanya bunyi-bunyian lirih sisa nyanyian yang seperti memberi
tahu bahwa dahulu nenek-moyang kita pernah membuka hutan
dan mendirikan kerajaan besar dengan bantuan orang-orang dari
seberang yang buru-buru pergi lagi begitu mendengar kita dibelah
oleh ribut-ribut memperebutkan tahta kerajaan.
Hanya comberan.
Bekas hujan.
Hanya suara sopir taksi yang tak bosan-bosannya bertanya
rumah ibadah itu persisnya ada di mana.

3
Jalan buntu ini kemarin tak ada.
“Ia muncul dari hakikat suara dan malam yang sangat pekat
perangainya,” katamu ketika melihat tampangku tampak konyol.
Ya, tetapi kenapa kemarin jalan buntu ini tak ada?
“Sebaiknya kautanyakan saja kenapa jalan buntu ini sekarang
ada.”


Sumber: Buku Babad Batu.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Dukungan


Apakah Anda suka dengan karya-karya yang ada di narakata? Jika iya, Anda bisa memberi dukungan untuk narakata agar dapat tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai dengan nominal yang ingin Anda berikan. Sedikit atau banyaknya dukungan yang Anda berikan sangat berarti bagi kami. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama