“Jika sedih tak pernah tersudahi di matamu
sungguh hancur jantungku, sebab berani
membenamkanmu di hatiku.
Kau adalah langkah kaki yang selalu berderab,
yang kuiringi dengan doa dan harap.
Aku adalah pipi yang menyediakan
diri untuk air matamu, kelopak mata
yang merelakan diri menjadi keriput kulitmu.
Hingga senja jatuh di matamu, kita tetaplah
sepasang bahu yang saling memangku,
tak pernah berhenti mencukupi meski
berkali-kali lika liku jalan panjang mencoba melelahi"
sungguh hancur jantungku, sebab berani
membenamkanmu di hatiku.
Kau adalah langkah kaki yang selalu berderab,
yang kuiringi dengan doa dan harap.
Aku adalah pipi yang menyediakan
diri untuk air matamu, kelopak mata
yang merelakan diri menjadi keriput kulitmu.
Hingga senja jatuh di matamu, kita tetaplah
sepasang bahu yang saling memangku,
tak pernah berhenti mencukupi meski
berkali-kali lika liku jalan panjang mencoba melelahi"