Puisi Siklus Karya Wira Nagara

Sudah lama namun masih sama
Tetap kurawat hati yang lebam membiru
Terpukul kenyataan dari masa-masa gelap yang ditelantarkan sunyi
Terkapar di ujung waktu jauh dari piara akan detik yang kerap membeku

Liah menjamah dalam celsius rendah
Mencium epidermis yang kering ditumbuhi riak tangis
Kau masih menjadi keindahan yang bersemi di ladang tubuhku
Ilalang subur di ingatan
Bunga mekar di telungkup tangan
Pohon-pohon rimbun di batas kenangan
Menjadi ekosistem dari lesatan pelepasan yang kulestarikan
Ratapan menyelimuti dan ancaman mengahantui tak henti-henti

Siapa kita
Siapa kita
Siapa kita berani melawan garis masa
Telah tertulis nyata sebagai pergantian di dunia
Dalam batas paling tipis antara kesedihan dan bahagia
Menjadikannya celah di arteri yang mengalir di sekujur diri
Membuatnya merdu sebagai irama yang membuka imaji

Ternyata selama ini kau bukan hidup di mataku
Melainkan di sampingku
Sejauh ini kau bukan bayang di langkahku
Melainkan di hidupku

Sedalam ini kau lebih dari sekadar pori-pori
Menyerap yang masih terjangkau menyingkap yang lama terpantau
Semua dari-Nya akan kembali pada-Nya

Barangkali luka datang
Sebagai tanda bahwa kita
Terlalu bahagia
Hingga rasa diimbangkan
Agar tetap merasakan
Lara selumrahnya manusia

Suatu hari tepat pada detik yang telah ditiupkan kuasa oleh Sang Maha
Kita akan bertemu
Kita akan bertemu
Kita akan bertemu
Kita akan bertemu

Hidup akan mati napas akan terhenti
Tidak dengan doa-doaku
Tidak dengan doa-doaku

Hidup akan mati napas akan terhenti
Tidak dengan doa-doaku
Tidak dengan doa-doaku

Hidup akan mati napas akan terhenti
Tidak dengan doa-doaku
Tidak dengan doa-doaku

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama