Puisi Perpisahan Hujan Dengan Musim Karya Adri Sandra

hujan, benih air yang dikandung mendung; akar rumput dan pohonan
dalam haus yang basah, pucuk yang setiap saat melambai awan
“turunlah! kemarau telah lama mengeringkan kehidupan!”

di serambi jendela bukit dan gunung, hamparan padang belukar
tanah yang menumbuhkan hijau kehidupan; dua musim bergerak
silih berganti, angin menguap, di kutub cuaca kering dan lembab

“hujan, merintiklah! kemarau amat rakus menjilati sisa-sisa embun!”
geliat batang, dihembuskan angin gersang, menguningkan daun-daun

mendung berarak, semakin lama semakin jauh
tangan musim melambai, di lipatan debu dan cuaca keruh
tanah dan pohonan tengadah; hujan turun di lain arah

di bumi, kemarau berangsur-angsur jadi api
kehidupan yang hijau, jadi panas dan merah
tersandar di dada kilau; batas antara siang dan malam
di bumi yang silau pingkau

dan hujan, merintik di ujung laut
saat musim meminang kabut.
(Ujung Tanjung: ramadhan, 11)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama