Puisi Minggu Karya Indra Tjahyadi

Kucari sejenak istirah,
namun perih apakah yang menenggelamkanmu
dalam sunyi dalam sibuk kerja dan mimpi tiada.
katakan burung-burung pagi berkelana di putih angkasa,
namun kota-kota dibangun dari terik dan kilau murung matahari.
Kehampaan adalah takdir yang harus ditempuh
dalam kering musim dan kemarau cumbu.
Bahkan ketika bumi retak dan lenganku kian hitam
kian gersang dari pelukan.
Seorang bocah berkulit mayat
mendongakkan kepala, di rambutnya mitos-mitos hari menjelma api.
Berkobar membara.
Begitu panas.
Begitu membakar.
Serupa minggu.
Seperti perasaan kehilangan
dan batu-batu.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama