Puisi Kurang Dari Angka Tiga Karya Wira Nagara

Diiringi kagum tak berkesudahan
hangatmu masih tersisa di jantung penasaran
Riang lantang dari sebuah jumpa di pusat kota
Dengan espresso yang langsung kau habiskan
bercumbu dengan americano yang terlalu malu aku telan
Kita, ah, maksudnya aku
berhasil menemuimu
Atau kau yang terpaksa menerima ajakanku
Mungkin itu alasannya muka bingung dan gerik canggung
sulit lepas dari paras yang mendesir di pelipis sadarku
Kau menyapaku yang tengah memaku
Mengagetkan sukma lewat jelita
dari tiba-tiba yang menyibak luka
Walau tiada iringan gerak lambat seperti awal temu di FTV remaja
itu cukup membuatku berkhayal
tentang belum tentu yang nantinya bisa saja
Dan kini aku yang kebingungan
Menerka-nerka dalam runtuhnya logika
Bahwa bisakah ada malam lain setelah hari itu
Atau engkau hanya akan menjadi sekejab yang membekas di dadaku

Semoga
malam tak kunjung terbit cahaya
Bintang telah terangi semesta
Pagi tak lekas dibilas siang
Embun tak cepat menguap hilang
Masih banyak yang belum terungkap
Masih menumpuk yang tak terucap
Sebab setelahnya siang adalah
Peralihan yang mengantar lelah
Masing-masing dari kita akan pulang
Diantarkan jingga yang merapal hilang

Semoga
kau masih mau tuk bercerita
Walau antara kita hanya aku
yang jatuh cinta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama