Puisi Karnaval Karya Beni R. Budiman

Dengan pakaian berwarna kita bergaya.
Beriring dalam barisan bebek.
Kita kembali sebagai anak pada karnaval hari-hari besar.
Wajah bercahaya mulut penuh gula-gula.
Hari-hari tinggal canda
Siapa punya air mata?
Di sini tak ada kata bernama duka.
Mimpi dan imaji mengalahkan luka derita ibarat bahasa karangan bunga.
Kepedihan hanya milik pejuang di medan perang.
Kesedihan melayang.
Dunia dihiasi lampu dan umbul-umbul pesta terus dirayakan.
Karnaval masih berjalan parade bergerak lamban.
Penyair memilih diam:
Siapa punya air mata? Siapa lebih suka tangisan?

(1995)

Sumber: “Penunggu Makam” (Pustaka Jaya, 2003)
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama